RINGKASNYA begini, aku sengaja menulis semua kepahitan tentang cinta bukan untuk menyinggung siapa pun di masa lalu yang sudah terjadi, kuikhlaskan sepenuh hati meskipun masih terasa nyeri jika diingat dan diinginkan kembali.
Jemariku begitu tak mudah diajak kompromi.
Mereka seakan tercandu untuk melahirkan bait-bait puisi mengatasnamakan cinta yang sadis.
Dengan segala kepedihan pahatan imajiku saat ini, aku berharap hanya sebatas kalimat yang tidak akan menyenggol nyata jalur kisahku nanti.
Jika itu terjadi, akulah wanita yang paling tersakiti oleh karya yang ironi dan itu karena kuasaku sendiri.
Senin, 2018
- Karya dan Kuasa – 31/08/2020