MALAM PERCAKAPAN
dan kudengar rimbun tangismu
meninggalkan gema yang tak kunjung hilang
kudengar sepasang suara bertukar bisiknya
menggaung ungkapan lama
cinta yang buru-buru ditulis sebagai notasi waktu
tak sempat memilih dirinya sendiri
berkubur kesementaraan kelana
iringi aku, katamu
ke dalam ziarah terakhir
menumpahkan cemas
dan doa-doa yang kita punya
raib ke belukar gema
meninggalkan tubuh yang terbata-bata
menukar bayangmu dengan ketiadaan
Surabaya, 2020
TUBUH BERLUMUR SAJAK
tubuh berlumur sajak, gugur sebagai bahasa yang padam
memilih bunga-bunga kemarau, dirontokkan hasrat purba
aku masih kerepotan membedakan suara sajak
yang bergema di ulu jantung
sementara para penyair membagi perumpamaan milik mereka
kepada koran pagi yang sibuk dengan iklan kecantikan
tak ada beda antara tubuh yang berlumur sajak
dengan unggun kata-kata
membakar keyakinanku
yang tanggal ke dalam jurang neraka
sepasukan rima menabuh bunyi yang salah
memanggil manggil petaka sebagai narasi penghubung antara maut dan lelucon lama
Surabaya, 2020
PUISI MASUK SURGA
di hari minggu
puisi memutuskan hening
ke dalam mayat pertapa
membaca peta utama
menuju surga
di minggu murung,
puisi temukan jalan sunyi
menuju surga
di seonggok mayat pertapa
sebentang firdaus
mengangakan celah
bagi kematian puisi yang tak tentu
Surabaya, 2020
ADA BUKU YANG SELALU TERBUKA
kau bertanya tentang sebuah buku yang selalu terbuka
kukatakan pada malam, ketika kelopak-kelopak musim saling buka, terkam-menerkam
“di tubuhmu lah kutemukan buku itu
selalu membuka serupa jalan panjang menuju cahaya
tak ingin menutup diri bagi penjelajahanku yang tak ada habisnya
mengurai nyeri dunia”
Surabaya, 2020
PENYAIR MINGGU MATI SURI
serupa keheningan puisi
penyair memilih bungkam
daripada kehilangan kata-kata
ketika suara-suara
saling bunuh di udara
menerkam kejalangan tahun
dan tak ada sesiapa yang ingin peduli
ada yang selalu sembunyi
di antara puing kesedihan
merombak geram yang rimbun
mengalirkan sungai sungai dendam
Surabaya, 2020
JATUH CINTA PENYAIR
adakah kutukan
ketika ciuman bekerja
di luar musim?
hujan membaca tubuhmu
ketika hanyut dalam kisaran lagu
ada notasi yang mengingatkanmu pada aroma percakapan
sementara aku teringat malam-malam yang terbakar
hasrat yang liar berlepasan mencari celah tualang
tak ingin gugup ketika menyentuhmu
Surabaya, 2020
KENCAN PUISI
minggu membuka celah tualang
bagi kembara langkah kita
kubayangkan taman-taman berebut wangimu
lalu bermimpi tentang lelucon sepasang angsa beterbangan di angkasa
memilih kemurungan puisi
sebelum senyap menghapusnya
Surabaya, 2020
MINGGU YANG REDAM
ada lelucon setelah puisi gugur sebagai pahlawan kesiangan,
“para penyair mencari wajah mereka
di kolom minggu sebuah koran ternama
berharap ada lelucon baru yang ditemukan
dari wajah-wajah itu, yang dandanannya sepucat mayat,
mengambang antara keputusasaan”
Surabaya, 2020
SETELAH KOPI TAK ADA LAGI
di cangkir kopimu, magrib telah beralih
dan puisi kehilangan dalih untuk berplesir ke tubuh kekasih
Surabaya, 2020
KETIKA KAU MENJELMA PERAYAAN DI TUBUHKU
malam memilih tubuhku sebagai tempat singgah sementara
kota berlalu sebagai arus yang deras
mengombang-ambing masa depan pada lajur yang bising
masa lalu masih menutup lembarnya
mengubur suara-suara klise ke dalam album di museum kota
meramu kisah-kasih sendirian
Surabaya, 2020
- CERPEN MUHAMMAD DAFFA: MENCARI PENGARANG DI NEGARA MINGGU – 06/12/2020
- PUISI MUHAMMAD DAFFA: 3 SAJAK KEPADA PENYAIR W – 01/11/2020
- CERPEN MUHAMMAD DAFFA: ALMANAK – 13/09/2020