Ihwal Hidup
Hidup berlangsung gugup.
Manusia mengerang;
melantunkan senandung ganjil
di dada almanak.
Hidup semakin redup.
Manusia memakamkan kata-kata;
menyeret warna-warni nestapa
ke dalam biru nasibnya.
Segala yang Tak Usai
Getar waktu
yang getir ini
umpama tahun-tahun
yang lelah.
Mengapa
kita tak henti
ingin menggapai
segala yang tak usai?
Obituari
Di atas keranda hari,
gundah menyusun hidup.
Langit dihiasi isak
dan hujan menurunkan
dongeng kesedihan.
Muka manusia lesu.
Lesu bagai rahim malam!
Alam Alegori
Di alam alegori,
semua orang
menanti cahaya
pergi.
Semua orang
adalah orang asing
yang mencintai puisi.
Di alam alegori,
laut putih
dan langit
abu-abu.
Jejak Tangga
Kaususuri
jejak tangga
yang tinggi.
Kaubayangkan kakimu
menapaki awan yang mendung;
melewati hutan yang resah;
melewati sungai yang kehilangan ibu.
Kaususuri
jejak tangga
yang tinggi.
Kaulemparkan
doa yang lahir
dari kesengsaraan musim.
Kaulemparkan
doa setinggi-tingginya.
Kaulemparkan doa!
Kertas yang Terbakar
Kertas yang terbakar
seperti fajar dengan kesakitan
yang tergantung.
Kertas yang terbakar
tampak payah mengumpulkan tubuhnya.
Ia seperti baris puisi paling sedih:
berusaha merangkai air mata
ke dalam kata-kata yang fana.
Layang-Layang
Aku pikir
setiap layang-layang
ingin menerbangkan dirinya
dan tubuhnya adalah burung-burung
yang bebas itu.
Aku pikir
setiap layang-layang
selalu menyapa awan,
antena, dan beberapa kesedihan
di antara pepohonan itu.
Aku pikir
setiap benang yang putus adalah pertanda
bahwa layang-layang ingin pulang
ke arah langit yang luas itu.
Baca rubrik sastra budaya lainnya atau kirim tulisan ke banaranmedia.com
- Pada Suatu Hari, Kita Akan Abadi – 12/01/2021
- Puisi dan Sejarah yang Terlupakan – 20/07/2020
- PUISI-PUISI ANUGRAH GIO PRATAMA; IHWAL HIDUP – 27/06/2020