Di Kota Tua Membaca Diri
selembar daun
luruh dari tangkainya
ke ujung senja
di suatu senja
angin meluruhkan selembar daun
luruh ke sungai
ketika alir menghanyutkan daun itu jauh sampai ke muara
zikirnya masih terdengar
suatu senja
daun jatuh ke batu
menyebut tuhan
di senja kali ini
selembar daun jatuh melayang layang
jatuh menimpa batu
tak sempat mengeluh atau jeritan
hanya menyebut nama tuhan
di kota tua
rerimbun pohon persik
bayangan senja
tafakur membaca alam membaca diri yang fana
eksplorasi perjalanan hidup dan kehidupan ini mesti punya arti
pada sebuah rumah abadi
Banjarbaru, 2020
Musafir Usia
membaca alam
di dalam keheningan
lengsernya senja
Fana
Alir nadi setiap tapak melangkah
serupa gemercik air guntung yang mengalir di bebatuan pada sebuah hutan
yang tinggal serumpun halaban
Dan nafas
serupa angin di padang ilalang
semua fana
apa yang dibanggakan
ruang yang gelap
Malam memberi jendela kaca yang menjadi cermin setiap pagi tiba
cermin dari perjalanan usia yang semakin renta
Mana kala merenung langit
Bulan yang jatuh di ujung ranting
Sungguh membangun rumah masa depan memerlukan keyakinan yang teguh
malam tafakur
tenggelam di sajadah
menyusur kiblat
Menyusur cahayamu setiap melafal takbir
pada ayat ayat yang menghampar menuju rumahmu
menghampar di puncak menara hati
Dan suatu malam :
musafir itu
menutup kamar hening
di batas malam
Banjarbaru, 2020
- PUISI-PUISI ARSYAD INDRADI: DI KOTA TUA MEMBACA DIRI – 14/02/2021