Namanya Gaga
Gaga ingin tahu makna dari namanya
namun sayang, kitab yang ada di tangannya
tak satupun membahas perihal pemaknaan
namanya. Ia bingung, harus pada apa ia dapat
menanyakan makna namanya.
Juga bapaknya dan sekelebat manusia yang dijumpa
tak satupun tahu makna namanya. Diadukan pada
layar laptop, mati total itu laptop tak tahu jawab. Disesak
pada udud pamannya, lekas membara dan menjadi abu
itu udud di dalam bungkus kaleng, sudah seperti
kerupuk palembang dulu-dulu. Gaga muak, ia tempuh
kelakar makna dari tiap-tiap pemaknaan yang mendekati
fonem namanya. Sama saja yang ia dapat, tak lebih dari
nihil, tak lebih. Lebih-lebih Gaga mulai pasrah di dalam
baju yang dikenakannya. Entah kitab mana yang dapat
mengurai namanya.
Khatib, 2021
Gaga Gila
Aku berjumpa Gaga yang mulai gila
kerena tak pernah tahu makna namanya.
Di ladang luas yang kini menjadi jalan raya,
di sana Gaga ketawa-ketawa melihat bertakterhitung
pasangan manusia lalu-layang menggunkana besi-besi
tegar. Sesekali Gaga berteriak dari balik ketek
manusia yang duduk mesra-mesra di trotar jalan.
Teriakannya membawaku pada melepas niat
ingin bertanya, “bukankah makna bisa dibuat suka
-suka?”
Khatib, 2021
Gaga Gila II
Kali ini aku menemui Gaga di tempat yang sama
namun keadaannya berbeda. Ia tak lagi ketawa-
ketawa, senyum-senyum saja sesekali angguk
geleng ia punya kepala. Aku mendekatinya
yang mungkin lagi tak ingin didekati, karena
biasanya ialah yang selalu mendekati siapa saja.
Aku di hadapannya. Ia senyum, aku senyum.
Ia angguk, aku tenang saja. Ia geleng aku bertanya,
besok pasang angka berapa? Ia tertawa dan lari
di sepanjang trotoar Khatib Sulaiman.
Khatib, 2021
Gaga Gila III
Kali ini aku benar-benar tak berniat bertemu Gaga,
namun Tuhan yang Maha Mempertemukan punya
segala cara untuk suatu temu yang tak diduga.
Gaga tampak lebih daripada Gaga yang selama ini
ketawa-ketiwi. Rambutnya dibabat hingga menggantung
di pangkal leher. Ia mengingatku, ia mendekatiku, aku sudah
bersiap menanyakan angka berapa harus dipasang besok
kepadanya. Dari dekat ternyata ia lebh cantik jika dilihat
dengan cara ada maksud ingin menanyakan angka.
Ia berkata, lima. Kemudian ia memunggungiku, dan
kembali berkata, enam. Aku bahagia dan siap-
siap memasang angka.
Khatib, 2021
Gaga Gila IV
Puncak marahku membawa pada harus bertemu
Gaga. Memang benar orang gila tak dapat dipercaya,
angka yang kupasang tak jebol, tentu melayang 5M
yang kubayangkan. Di trotoar Khatib Sulaiman kutemukan
Gaga tak ketawa-ketawa, langsung kulontarkan kemarahan
padanya.
Ia tampak tenag-tenang saja. Dasar orang gila, gumamku
dan kembali memakinya.
Tak lama kumaki. Ia berbicara, “lima itu rukun dan
enampun pun rukun. Namun Gaga bukan dukun, hanya
mencoba mencari makna dari nama.”
Aku tak terdiam, “dasar gila! Angkamu tak dapat
dipercaya,” bentakku.
“Dasar gila, masak percaya pada orang gila.”
Khatib, 2021
- PUISI-PUISI JULIAN MAHKMUDASA: GAGA – 13/02/2021